Rumah Peradaban Archives
Alat Peraga Rumah Peradaban 2019 (Gerattak Budaya Sambas-Singkawang)
Ular Tangga
Puzzle
Rumah Peradaban 2019 (Gerattak Budaya Sambas-Singkawang)
Gerattak Budaya Sambas-Singkawang
Gerattak Budaya Sambas-Singkawang 2019 dilaksanakan pada tanggal 20-23 November 2019 di Kabupaten Sambas dan tanggal 24-28 November 2019 di Kota Singkawang. Kegiatan ini bertujuan untuk memasyarakatkan hasil penelitian-penelitian arkeologi yang telah dilakukan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini juga diharapakan masyarakat pada umumnya dan peserta dididk pada khususnya dapat mengetahui sejarah, budaya lokal, dan tinggalan arkeologi yang ada di sekitar mereka. Sehingga menimbulkan rasa memiliki terhadap tinggalan arkeologi dan bersama-sama ikut menjaga kelestariannya tentang pentingnya hasil penelitian arkeologi.
Pembukaan
Pembukaan Rumah Peradaban Gerattak Budaya Sambas-Singkawang dilaksanakan pada tanggal 20 November 2019 di Halaman Istana Alwatzikoebillah, Sambas dihadiri oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang, Guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sambas beserta anak didik, budayawan sambas, dan lain-lain.
Diskusi Panel
Sambas
Tema diskusi panel adalah belajar melalui situs arkeologi dilaksanakan pada tanggal 22 November 2019 di Museum Daerah Sambas. Narasumber pada kegiatan diskusi panel adalah Ibu Ulfatun Nafiah, S, Pd., M.Pd., dari Universitas Negari Malang dan Bapak Jaelani dari Dosen UIN, dan pesertanya adalah Guru-guru SMA dan SMP pengampu mata pelajaran sejarah.
Singkawang
Tema diskusi panel adalah belajar melalui situs arkeologi dilaksanakan pada tanggal 25 November 2019 di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Singkawang. Narasumber pada kegiatan diskusi panel adalah Bapak Blasius Suprapta, M.A. dari Universitas Negari Malang dan pesertanya adalah Guru-guru SMA dan SMP pengampu mata pelajaran sejarah.
Jelajah Situs Arkeologi Sambas dan Singkawang
Tujuan dari jelajah situs ini adalah memberi pengetahuan dan makna dari tinggalan arkeologi yang ada di Sambas dan Singkawang kepada peserta didik. Peserta pada kegiatan ini adalah peserta didik SMP dan SMA yang di fasilitasi oleh peneliti Balai Arkeologi Kalimantan Selatan.
Mural
Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Tema mural pada kegiatan ini tentang Tinggalan Situs Arkeologi dan Budaya yang ada di Sambas dan Singkawang. Kegiatan ini dilakukuan setelah peserta didik mengikuti jelajah situs, hasil dari jelajah situs dituangkan dalam mural mereka.
Workshop Keramik
Workshop keramik ini berupa pembuatan motif-motif pada keramik. Kegiatan ini dilakukuan setelah peserta didik mengikuti jelajah situs, hasil dari jelajah situs dituangkan dalam motif keramik mereka.
Mewarnai dan bermain ular tangga anak-anak SD
Kegiatan mewarnai di Kabupaten Sambas bertempat di halaman Istana Alwatzikoebillah dan Kota Singkawang di rumah Marga Tjhia. Gambar yang diwarnai ini merupakan gambar-gambar tentang tinggalan arkeologi di daerah tersebut. Selain itu, anak-anak juga difasilitasi dengan permainan ular tangga yang telah dimodifikasi dengan papan yang yang berisi tentang pengetahuan sejarah budaya di tempat mereka.
Pameran Arkeologi
Pameran ini merupakan pameran bersama antara Balai Arkeologi Kalsel, Balai Pelestarian Cagar Budaya Kaltim, dan Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalbar. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 26 s.d. 28 November 2019, bertempat di Singkawang Grand Mall.
Rangkaian Kegiatan Rumah Peradaban 2019 (Gerattak Budaya Sambas-Singkawang)
Pembukaan Rumah Peradaban 2019 (Gerattak Budaya Sambas-Singkawang)
Jelajah Situs Arkeologi
Diskusi Panel: Belajar Melalui Situs Arkeologi
Buku Pengayaan Rumah Peradaban 2019 (Gerattak Budaya Sambas-Singkawang)
Buku Pengayaan Irau Arkeologi Di Krayan
Rumah Peradaban 2018: Rekonstruksi Rumah Kadang
Rumah Kadang merupakan satu diantara bentuk arsitektur tradisional masyarakat Lundayeh. Rumah ini dibangun secara gotong royong oleh warga yang akan menghuninya. Begitu pula perawatannya. Setiap penghuni berkewajiban menjaga dan memelihara bangunan rumah. Di dalam rumah kadang terdapat bilik atau sekat pemisah antar ruang. Setiap keluarga menempati satu ruangan.
Irau Arkeologi 2018 (Bagian 3-Selesai)
Kegiatan Hari ke-3–5 (4–6 Oktober 2018)
Jelajah situs di Long Midang
Peserta terdiri dari siswa SMP dan guru.
Workshop Pembuatan Gerabah dan Kain dari Kulit Kayu
Kegiatan Workshop ini bertempat di Rumah Kubu, Lokasi Terang Baru
Kunjungan dari siswa SD
Siswa-siswi SD Terang Baru dan para guru mengunjungi Rumah Kubu. Bertujuan untuk mengedukasi siswa-siswanya mengenai budaya di Krayan dengan menggunakan alat peraga yang telah disiapakan oleh Tim Irau Arkeologi 2018.
Jejalah situs di Desa Terang Baru
Situs yang dikunjungi adalah patung buaya, batu perupun di 3 lokasi berbeda. Salah satu dari batu perupun tersebut sudah termasuk Dagar Budaya
Diskusi
Diskusi budaya ini di pandu oleh Bapak Ryan Anthony dari LPADKT dengan Narasumber Bapak Rochtry Agung Bawono dan peneliti Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
Penutupan
Saat penutupan diumumkan pemenang dalam workshop pembuatan Gerabah dan Kalin Kulit Kayu dan penyerahan alat peraga pendidikan
Foto bersama
Irau Arkeologi 2018 (Bagian 2)
Kegiatan Hari ke-2 (3 Oktober 2018)
Kegiatan hari kedua ini terdiri dari seminar dan workshop pembuatan talun dan kuden tana.
Seminar
Seminar ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 3 Oktober 2018, di Desa Long Bawan. Seminar bertajuk Penguatan Karakter Budaya di Kawasan Perbatasan diharapkan dapat memunculkan gagasan-gagasan mengenai pemajuan kebudayaan dan peradaban. Pembicara dalam seminar antara lain Bapak Serfianus, S.IP (Kepala Sekretariat Daerah Kabupaten Nunukan), Bapak Heidy Surachman (Kepada Bidang Pengembangan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), Dwi Yani Yuniawati (Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta), Bapak Tirza Galih (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur), dan Bapak Dwi Cahyono (Dosen Universitas Negeri Malang).
Pemateri
Pemaparan
Heidy Surachman (Kepada Bidang Pengembangan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)
Bapak Serfianus, S.IP (Kepala Sekretariat Daerah Kabupaten Nunukan)
Dwi Yani Yuniawati (Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta)
Bapak Tirza Galih (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur)
Bapak Dwi Cahyono (Dosen Universitas Negeri Malang)
Diskusi
Workshop Pembuatan Gerabah dan Kain Kulit Kayu
- Gerabah merupakan wadah dari tanah liat. Wadah ini digunakan sejak masa prasejarah. Tradisi pembuatan gerabah (kuden tana’) juga berkembang di kawasan Krayan. Namun, seiring berlangsungnya waktu tradisi ini juga mengalami kepunahan. Melalui workshop pembuatan gerabah diharapkan pengetahuan teknologi tradisional akan tetap lestari.
- Tradisi pembuatan kulit kayu berlangsung sejak masa prasejarah hingga kini. Tradisi tersebut masih berlangsung di beberapa tempat di Indonesia khususnya Krayan. Tujuannya untuk melestarikan tradisi leluhur sebagai bentuk kepedulian akan kearifan lokal.
Workshop ini dilaksanakan pada tanggal 3—6 Oktober 2018 bertempat di Rumah Kubu, Lokasi Terang Baru. Peserta workshop sebanyak 20 orang terdiri dari siswa SMUK 10 orang dan siswa SMK 10 orang. Kemudian peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satu kelompok untuk membuat gerabah dan satu kelompoknya lagi membuat kain kulit kayu. Mentor dalam workshop ini adalah Bapak Rochtri Agung Bawono (Dosen dari Universitas Udayana).
Pembuatan Gerabah
Pembuatan Kulit Kayu
Mentor
Irau Arkeologi 2018 (Bagian 1)
Irau Arkeologi 2018
Irau Arkeologi 2018 dilaksanakan pada tanggal 2—6 Oktober 2018, tempat di Kec. Krayan, Kab. Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Peserta dari kegiatan ini adalah guru dan anak sekolah (SD, SMP, dan SMA). Adapun rangkaian kegiatannya adalah
Kegiatan Hari ke-1 (2 Oktober 2018)
Pembukaan
Pembukaan Rumah Peradaban Irau Arkeologi dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2018 di Desa Long Bawan, yang dihadiri oleh Bapak Serfianus dari Sekretariat Daerah Kabupaten Nunukan, Guru-guru (SMA, SMP, SD), Siswa SMA 20 orang, Siswa SMP 20 orang, Siswa SD 20 orang, Forum Adat, Laskar Pemuda Adat Dayak Kaltim Kaltara (LPADKT-KU), dan Cultural Filed School (CFS).
Peserta
Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Pada saat pembukaan ini tamu dan undangan disuguhi dengan tari penyambutan oleh penari dari CFS
Video Tari Penyambutan
Sambutan-sambutan
Sambutan sekaligus pembukaan acara Irau Arkeologi 2018 oleh Bapak Serfianus Sekda Kabupaten Nunukan
Sambutan Bapak Lewi Galak dari Form Adat
Penyerahan buku pengayaan dan alat peraga pendidikan dari Balai Kalsel kepada Bapak Sekda Kab. Nunukan, LPADKT-KU, dan Form Adat
Setelah selesai pembuka dilanjutkan dengan pendirian Patung Ulung Buaya
Pendirian Patung Ulung Buaya
Pendirian Ulung Buaya merupakan simbolisasi semangat kepahlawanan atau keberanian. Pelestarian tradisi bertujuan untuk menumbuhkan semangat generasi muda dalam pelestarian warisan budaya. Pendirian Ulung Buaya dilakukan oleh para pelajar di Krayan, di bantu Forum Adat dan Panitia Irau Arkeologi 2018. Pembuatan Patung Buaya ini dilakukan beberapa hari sebelum acara pembukaan dimulai. Peresmian patung Ulung Buaya dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2018. Peresmiannya di mulai dengan pembacaan mantra-mantra, kemudian diikuti dengan tari-tarian selamat datang yang dilakukan oleh peserta Irau Arkeologi.
Pembuatan Patung Buaya
Pembacaan Mantra
Tari-tarian
Pameran
Display Pameran
Alat Peraga Pendidikan
Alat peraga pendidikan ini berupa ular tangga yang dimodifikasi menjadi jelajah situs arkeologi, puzzle tentang budaya dan nasionalisme, dan buku mewarnai tentang legenda Sumur Garam